Kisah dimulai ketika ayah Hidjo, Raden
Potronojo, berencana menyekolahkan Hidjo ke Belanda. Raden Potronojn berharap
hal itu bisa mengangkat derajat keluarga, yang berasal dari kalangan pedagang.
Meskipun sudah menjadi saudagar sukses, sehingga gaya hidupnya bisa menyamai
kaum priyayi murni dari garis keturunan, tidak berarti kesetaraan diperoleh.
Khususnya, di mata orang-orang (kaum priyayi) yang dekat dengan gouvernement.
Namun, ibu Hidjo, Raden Nganten
Potronojo, berpandangan sebaliknya. la begitu khawatir melepas Hidjo ke negeri
yang sarat dengan “pergaulan bebas”. Meskipun demikian, Hidjo pergi juga ke
Belanda.
Ketika bersekolah di Belanda, mata
Hidjo terbuka melihat kenyataan yvang--ternyata--tidak sesuai yang dibayangkan.
Di sana, ternyata sama saja seperti di Hindia Belanda. Ada orang yang jadi
majikan, ada orang yangjongos, ada yang jahat, ada yang baik. Hidjo menikmati
sedikit “hiburan” ketika dirinya memerintah orang-orang Belanda di hotel, restoran,
atau di rumah kosnya. Di mana, hal ini mustahil dilakukan di Hindia Belanda.
Novel Student Hidjo karya Mas Marco Kartodikromo ini
pertama kali ditulis tahun 1918 sebagai cerita bersambung diHarian Sinar Hindia,
kemudian terbit sebagai buku tahun 1919. Novel ini merekam pertentangan budaya
kehidupan priyayi di zaman pergerakan. Di mana, mulai lahir para intelektual
pribumi, yang lahir dari kalangan borjuis kecil, dan novel ini juga secara
berani mengkontraskan kehidupan di Belanda dan Hindia Belanda.
Harga : Rp 30.000 (Diskon 15%) Rp. 25.500
Pesan SMS/WA 0856-0100-1190 ~ Lokasi Jogja ~ Bisa Kirim

0 komentar
Posting Komentar