Memimpin itu upaya menguasai orang atau pihak
lain. Tetapi seringkali pemimpin hanya memikirkan kepentingan pribadinya, bukan
untuk masyarakat. Jagad kepemimpinan Jawa, banyak yang dibungkus ke dalam karya
sastra, diekspresikan lewat budaya, dan tertiup oleh angin politik. Oleh sebab
itu, wawasan antropologi sastra, budaya, dan politik perlu dijalin untuk
membuka tabir kepemimpinan tersebut.
Buku ini memberikan gambaran luas tentang kepemimpinan Jawa, yang lambat laun terbentang kabut. Entah dari mana kabut itu, sungguh membutuhkan mata jernih untuk menembusnya. Kabut itu terpampang di depan mata, terlebih menjelang Pilpres, Pilkada, Pilbub, dan segala pilihan lain, jelas terkait dengan pimpinan. Apakah kabut itu harus diterjang dengan kelembutan kata Puntadewa, kekerasan kata Dasamuka, ketajaman Pasopati Arjuna, mari kita tunggu saja. Yang jelas, rakyat amat menanti hilangnya kabut itu, hingga muncul pemimpin yang benar-benar pilihan.
Buku ini memberikan gambaran luas tentang kepemimpinan Jawa, yang lambat laun terbentang kabut. Entah dari mana kabut itu, sungguh membutuhkan mata jernih untuk menembusnya. Kabut itu terpampang di depan mata, terlebih menjelang Pilpres, Pilkada, Pilbub, dan segala pilihan lain, jelas terkait dengan pimpinan. Apakah kabut itu harus diterjang dengan kelembutan kata Puntadewa, kekerasan kata Dasamuka, ketajaman Pasopati Arjuna, mari kita tunggu saja. Yang jelas, rakyat amat menanti hilangnya kabut itu, hingga muncul pemimpin yang benar-benar pilihan.
Pesan SMS/WA 0856-0100-1190 ~ Lokasi Jogja ~ Bisa Kirim
0 komentar
Posting Komentar