Rabu, 03 Februari 2016

1 PEREMPUAN 14 LAKI-LAKI


Ide untuk menulis cerpen kolaborasi muncul dalam pikiran Djenar Maesa Ayu, setelah, seperti pengakuannya, mengalami kebuntuan dalam menulis fiksi selama empat tahun. Agus Noor, seorang penulis fiksi, menjadi laki-laki pertama yang diajak Djenar untuk terlibat dalam uji cobanya. Dalam waktu sehari, bersama Agus Noor, Djenar ternyata bisa menghasilkan satu cerpen.

Sukses dengan Agus Noor, Djenar ingin menjajal laki-laki lain. Seperti yang ia lakukan dengan Agus Noor, setiap laki-laki akan menulis cerpen bersamanya, secara bergantian mengisi ruang kosong, tanpa konsep sebelumnya. Siapakah yang akan jadi tokoh cerita, jalinan cerita akan menjadi seperti apa, tidak dibicarakan sebelumnya. Menurut Agus Noor, proses kreatif seperti ini ibarat dua petinju yang sedang saling tukar jurus pukulan, sementara bagi Djenar, bagaikan dua orang yang sedang kasmaran sehingga selalu ingin memahami dan menyenggamai masing-masing pikiran.

Djenar pun bekerja sama dengan 13 laki-laki lainnya demi ‘memburu orgasme pikiran’. Penulis fiksi dan bukan penulis fiksi. Mereka adalah: Arya Yudistira Syuman (kakak Djenar, koreografer), Butet Kartaredjasa (aktor teater), Enrico Soekarno (seniman lukisan, gambar, etsa, dan fotografi), Indra Herlambang (presenter, aktor, penulis), JRX (I Gede Ary Astina, musisi), Lukman Sardi (aktor), Mudji Sutrisno (romo, guru besar), Nugroho Suksmanto (penulis cerpen dan puisi), Richard Oh (penulis dan sutradara), Robertus Robert (dosen dan penulis nonfiksi), Sardono W. Kusumo (penari, koreografer, sutradara, guru besar ilmu seni tari), Sujiwo Tejo (budayawan), dan Totot Indrarto (kritikus film, praktisi periklanan). Hasil perburuan mereka mewujud sebagai kumpulan cerpen yang judulnya merepresentasikan perbandingan kelamin para penulisnya, 1 Perempuan 14 Laki-laki. Sebuah judul provokatif, yang akan membawa imajinasi pembaca cerpen-cerpen Djenar sebelumnya yang tidak lepas dari pergumulan psikologis terkait dengan percintaan dan seksualitas.

Dan memang, tidak ada yang baru dalam cerpen-cerpen kolaborasi 1 perempuan dan 14 laki-laki ini. Seolah bersetia dengan jalur yang diretas Djenar sejak awal, lahirlah cerita-cerita yang nyaris semuanya disemburati nuansa seksualitas khas Djenar.

Percintaan dan seksualitas langsung menabrak mata pembaca pada cerpen pertama, Kunang-kunang Dalam Bir (Agus Noor). Warna serupa menyebar dalam Ramaraib (Sardono W. Kusumo), Matahari di Klab Malam (Arya Yudistira Syuman), Rembulan Ungu di Kuru Setra (Sujiwo Tejo), Bukumuka (Nugroho Suksmanto), dan Dijerat Saklar (Robertus Robert).

Percintaan yang sedikit berbeda tampak dalam Kupunyakupu (Totot Indrarto), di sini cinta dan seks dimainkan dua manusia berkelamin identik. Sedangkan cinta wajar kendati tidak berlangsung mulus dijumpai Ra Kuadrat (Lukman Sardi) dan Napas Dalam Balon Karet(Richard Oh).

Bersama Enrico Soekarno, dalam Cat Hitam Berjari Enam, Djenar sedikit mengangsurkan tema berbeda. Dalam durasinya yang singkat, pembaca yang jeli akan langsung bisa menghubungkan tragedi di dalamnya dengan kasus yang pernah merebak di negeri ini.

Apa yang dijabarkan secara panjang lebar oleh Sekar Ayu Asmara dalam novelnya yang telah difilmkan, Pintu Terlarang, hadir secara ringkas dalam Menyeruput Kopi di Wajah Tampan. Cerpen ini ditulis Djenar bersama Indra Herlambang, yang pernah berkolaborasi dengannya menulis skenario film, Mereka Bilang Saya Monyet

Cerita jenaka pemicu senyum hadir dari kolaborasi Djenar dengan Butet Kartaredjasa. Mereka mengolah kecemburuan usang yang melibatkan aroma lavender antara sepasang suami-istri renta dalam Balsem Lavender.

Tidak semua cerita dalam kumpulan cerpen ini sedap dinikmati. Kulkas dari Langit (JRX) dan Polos (Mudji Sutrisno) adalah dua cerpen termasuk dalam kategori dimaksud.

Harga : Rp 50.000 (Diskon 15%) Rp. 42.500
Pesan SMS/WA 0856-0100-1190 ~ Lokasi Jogja ~ Bisa Kirim

0 komentar

Posting Komentar