Judul :
Hisablah Dirimu sebelum Dihisab Kelak
Penulis :
Mukhamad Yusuf
Penerbit :
Safira
Terbit :
Cetakan 1, Mei 2014
Tebal :
188 Halaman
ISBN :
978-602-255-457-6
“Kalau kau sibuk mencari penghidupan saja, kapan kau
sempat menikmati hidup? Kalau kau sibuk menikmati hidup saja, kapan kau hidup.”
Petikan puisi karya KH. Mustofa Bisri seakan-akan mengajak kita untuk merenungi
kehidupan.
Apakah kehidupan itu?
Pertanyaan tersebut menggelitik setiap kita untuk
merenungkan kembali kehidupan yang kita jalani dengan menghisab atau
mengevaluasi diri sendiri. Sebab, kelak di akhirat, kita semua akan di hisab.
Nah, sebelum waktu hisab di akhirat itu tiba, alangkah baiknya kita menghisab
diri sendiri.
Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah sudahkah kita
merenungkan kehidupan ini dengan menghisab atau mengevaluasi diri sendiri? Bila
belum, lakukanlah dengan segera. Dengan mengevaluasi diri, wawas diri atau
introspeksi, ini akan menghindarkan diri pada sifat yang kurang terpuji.
Bagi orang yang selalu mengevaluasi diri, waktu yang
telah lewat merupakan guru yang paling berharga bagi kehidupan ini. Masa lalu
hadir untuk dipelajari di masa sekarang agar masa depan akan lebih baik dari
pada masa lalu. Jika masa lalu kita lalui penuh dengan perbuatan dosa,
segeralah bertaubat dan memperbaiki diri. Bila masa lalu kita gunakan untuk
beribadah, maka esok adalah esok untuk meningkatkan.
Dengan merenungi masa lalu, kita bisa melihat apakah kehidupan
yang kita jalani selalu memproduksi dosa atau pahala? Atau, apa yang kita
lakukan selama ini hanyalah tingkah laku munafik? Dengan mengingat masa lalu
kita bisa memperbaiki hari ini dan esok lebih baik. sehingga hidup yang kita
jalani selalu menuju ke arah yang lebih baik.
Ironinya, banyak dari kita yang tidak menjadikan masa
lalu sebagai guru. Masa lalu ditinggal begitu saja. Masa lalu hanya sebatas
kenangan yang sepi makna. Tidak salah bila kehidupan ini tidak akan berubah ke
arah yang lebih baik. Justru kehidupan ini akan mundur. (Hal. 90)
Kita harus selalu memperbaiki diri, tidak ada kata
terlambat untuk mengubah kehidupan ini. Walaupun selam waktu yang kita lakukan
untuk berbuat dosa, tetap itu bukan alasan untuk berubah. Karena usia tidak
terletak berapa lama, tetapi kualitas dan keberkahannya. Seperti sabda
Rasulullah, “Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang panjang umur dan bagus
amalnya.” (HR Tirmidzi dan Ahmad)
Walaupun umur kita buang dengan sia-sia dan seakan
kematian sudah di depan mata, tidak ada kata terlambat untuk menyesali dan
merenungi hari-hari yang telah terlewatkan untuk hidup yang lebih baik.
pergunakan waktu yang akan datang dengan sebaik-baiknya.
*Penulis adalah PimRed. LPM HumaniusH UIN Sunan
Kalijaga dan aktif di Garawiksa Institute. Kini bertempat
tinggal di Jln Gedong Kuning,
Gang Irawan RW. 34, RT 08 No. 306 Banguntapan, Bantul, Yogyakarta
0 komentar
Posting Komentar