Kamis, 28 Januari 2016

Hisablah Dirimu sebelum Dihisab Kelak


Oleh Ngarjito AS.
Judul               : Hisablah Dirimu sebelum Dihisab Kelak
Penulis            : Mukhamad Yusuf
Penerbit           : Safira
Terbit               : Cetakan 1, Mei 2014
Tebal               : 188 Halaman
ISBN               : 978-602-255-457-6

“Kalau kau sibuk mencari penghidupan saja, kapan kau sempat menikmati hidup? Kalau kau sibuk menikmati hidup saja, kapan kau hidup.” Petikan puisi karya KH. Mustofa Bisri seakan-akan mengajak kita untuk merenungi kehidupan.
Apakah kehidupan itu?
Pertanyaan tersebut menggelitik setiap kita untuk merenungkan kembali kehidupan yang kita jalani dengan menghisab atau mengevaluasi diri sendiri. Sebab, kelak di akhirat, kita semua akan di hisab. Nah, sebelum waktu hisab di akhirat itu tiba, alangkah baiknya kita menghisab diri sendiri.
Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah sudahkah kita merenungkan kehidupan ini dengan menghisab atau mengevaluasi diri sendiri? Bila belum, lakukanlah dengan segera. Dengan mengevaluasi diri, wawas diri atau introspeksi, ini akan menghindarkan diri pada sifat yang kurang terpuji.
Bagi orang yang selalu mengevaluasi diri, waktu yang telah lewat merupakan guru yang paling berharga bagi kehidupan ini. Masa lalu hadir untuk dipelajari di masa sekarang agar masa depan akan lebih baik dari pada masa lalu. Jika masa lalu kita lalui penuh dengan perbuatan dosa, segeralah bertaubat dan memperbaiki diri. Bila masa lalu kita gunakan untuk beribadah, maka esok adalah esok untuk meningkatkan.
Dengan merenungi masa lalu, kita bisa melihat apakah kehidupan yang kita jalani selalu memproduksi dosa atau pahala? Atau, apa yang kita lakukan selama ini hanyalah tingkah laku munafik? Dengan mengingat masa lalu kita bisa memperbaiki hari ini dan esok lebih baik. sehingga hidup yang kita jalani selalu menuju ke arah yang lebih baik.
Ironinya, banyak dari kita yang tidak menjadikan masa lalu sebagai guru. Masa lalu ditinggal begitu saja. Masa lalu hanya sebatas kenangan yang sepi makna. Tidak salah bila kehidupan ini tidak akan berubah ke arah yang lebih baik. Justru kehidupan ini akan mundur. (Hal. 90)
Kita harus selalu memperbaiki diri, tidak ada kata terlambat untuk mengubah kehidupan ini. Walaupun selam waktu yang kita lakukan untuk berbuat dosa, tetap itu bukan alasan untuk berubah. Karena usia tidak terletak berapa lama, tetapi kualitas dan keberkahannya. Seperti sabda Rasulullah, “Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang panjang umur dan bagus amalnya.” (HR Tirmidzi dan Ahmad)
Walaupun umur kita buang dengan sia-sia dan seakan kematian sudah di depan mata, tidak ada kata terlambat untuk menyesali dan merenungi hari-hari yang telah terlewatkan untuk hidup yang lebih baik. pergunakan waktu yang akan datang dengan sebaik-baiknya.



*Penulis adalah PimRed. LPM HumaniusH UIN Sunan Kalijaga dan aktif di Garawiksa Institute. Kini bertempat tinggal di Jln Gedong Kuning, Gang Irawan RW. 34, RT 08 No. 306 Banguntapan, Bantul, Yogyakarta

0 komentar

Posting Komentar