Kamis, 28 Januari 2016

Kumpulan Cerita Yang Tak Biasa


Oleh : Nunu Nugraha
Judul   buku                : Hujan Pertama untuk Aysila
Penulis                         : Edi AH Iyubenu
Penerbit                       : Diva Press
Tahun Terbit                : Maret, 2015
Jumlah Halaman          : 184 halaman
ISBN                           : 978-602-7695-88-7

            Tak ada yang lebih setia melebihi kesetiaan Aysila. Ya, Aysila! Tokoh cerpen dalam kumcer terbaru Edi Ah Iyubenu di buku Hujan Pertama Untuk Aysila, digambarkan sebagai seorang perempuan yang begitu setia menunggu kekasihnya, Akhiles.
            Edi Ah Iyubenu berhasil menyuguhkan cerita kesetiaan yang sontak meruntuhkan istilah menunggu adalah suatu hal yang membosankan. Sebab, dalam kumpulan cerpen ini, secara umum mengangkat tema kesetiaan. Namun, dengan penyajian yang sangat ciamik, enak dibaca, terlebih mampu memberikan rasa penasaran untuk melanjutkan ceritanya lagi dan lagi, dan sangat sulit untuk menebak endingnya.
            Sebagai tokoh utama, Aysila memiliki karakter yang cukup unik. Dia muncul di mana-mana. Namun, bukan berarti alur ceritanya menjadi sama antara cerita yang satu dengan cerita lainnya. Di sinilah pembaca kudu berhati-hati, dan jangan sampai terjebak–atau berupaya memungkasi cerita tanpa tuntas membacanya. Sebab, jika itu dilakukan, Anda tidak akan mendapatkan apa-apa, atau makna cerita yang sesungguhnya.
            Tangisan itu beberapa jenak masih sempat ditangkap oleh telinga Aysila, sebelum kemudian punah pula ditelan derit kaca kafe murahan ini. Lalu sunyi. Digelimpangkan senyap. Menyisakan suara hujan dari balik jendela yang terkuak dan denting-denting gelas yang dibereskan oleh bartender tua itu. (hal 27, Hujan Pertama Untuk Aysila)
            Hal itu diperkuat dengan pemilihan setting yang sangat beragam, mulai dari Singapura, Eropa, Turky, hingga Yogya, yang disajikan dengan sangat detail hingga hal-hal terkecil, yang tentu saja berdasarkan pengalaman nyata penulis yang hobi traveling ini. Begitu kita menikmatinya, maka akan ada getaran tersendiri terhadap jiwa terdalam kita, dan bukan menjadi angin yang lewat begitu saja karena setting-nya bukan sekadar tempelan belaka.
            Kamu pasti akan datang memenuhi janjimu seratus hari yang lalu saat aku memelukmu dari belakang di bibir jembatan Galata, di antara para pemancing yang memenuhi setiap isi jembatan dan dermaga yang melintasi Teluk Golden Horn, lalu kamu membalikan badan dan tanpa malu memperlihatkan bibirmu yang belepotan balik ekmek, dan mentapku dalam-dalam. (hal 116, Kutunggu Kamu di Hagia Sophia)
            Inilah yang membuat buku ini terkesan begitu istimewa. Sebuah suguhan cerita yang tak biasa. Tak hanya itu, bahkan, pembaca akan mendapatkan asupan pengetahuan yang sangat banyak dari cerita ini. Juga mendapat makna kehidupan di dalamnya.
***


*Penulis adalah mahasiswa  IAID Ciamis. Fakultas Syari'ah. Program studi Akhwal As-Syakhsiyah. Aktif di PC PMII Ciamis, juga Komunitas Sastra Darussalam. Penikmat buku. Alamat tinggal: Dusun Sirnamulya Desa Sirnajaya RT 05 RW 03 Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis. Kode pos 46254 Provinsi Jawa barat.

0 komentar

Posting Komentar