Jumat, 29 Januari 2016

GERIMIS; UNTUK WANITA BERPARAS EMBUN | PUISI-PUISI AMIN SAHRI (YOGYAKARTA)

sketsadalamsunyi.wordpress.com
GERIMIS
; untuk wanita berparas embun

Selalu ada gerimis di dalam dadaku
Tiap teringat senyummu yang manis
Rerintiknya selalu memuji namamu
Dalam hening yang tak tertakar
Gerimis selalu mengetuk-ngetuk kalbuku
Menyiramkan kesejukan
Juga menyuarakan rindu yang pilu
Pada dirimu yang terlalu kukagumi dalam diam
Bibirku tak pernah bisa bicara lantang layaknya deras hujan
Hanya berbisik, samar-samar
Tersirat, itulah yang meluncur dari gerimis jiwaku
Gerimis memang seperti tangis
Yang melayarkan doa-doa sunyi
Memohonkan kebahagian untukmu, wanita berparas embun
Yang menyemai damai
Kadang menguntai haru dalam hirupan napasku
Engkau, aku, di ruang gerimis
Adalah sepotong kisah
Yang berharap jadi sepasang kekasih
Menyebarkan dan menyuburkan benih-benih cinta

Jogja, 17 Oktober 2014


PERTEMUAN KAU DAN DIA

/1/ Kau
kau dan dia bertemu kedua kalinya
di kampus putih wajahnya yang embun telah menyejukkan kalbumu
pandangan matanya membuat hatimu berbunga
kata-katanya bak senandung yang mengetuk pintu rindu
kau temukan bulan purnama di lingkar mukanya
kau genggam cahayanya,
lalu kau tanam dalam dadamu

dia senyum, kau balas senyum kau menyapa pelan,
dia menyambut lembut kau permisi,
dia menyilakan kau dan dia berkata seperlunya bersikap santun,
sewajarnya dan sama-sama sungkan kau temukan telaga di pipinya
kau duduk di tepinya dan memandang pelangi yang terbentang di jilbabnya meski ada kekaguman,
kau hanya diam menyimpan perasaan dan menulis puisi di lembaran hati

/2/ Dia
dia dan kau bertemu kedua belas kalinya di kampus putih
dia mendapati matahari terbit dari matamu dan menyinari mata-hatinya
dia mencium aroma bunga mawar dari kata-katamu yang bersahaja meski tingkahmu lugu,
dia tahu kau membawa api semangat yang menyala-nyala ada di dadamu kau senyum,
dia balas senyum dia menyapa pelan,
kau menyambut lembut dia permisi,
kau menyilakan dia dan kau berkata seperlunya bersikap santun,
sewajarnya dan sama-sama sungkan
dia melihat ada pantai di pipimu
dia duduk di tepinya dan memandang pesona senja yang terbentang di topimu meski ada ketakjuban,
dia tak berucap hanya membatin, menyimpan perasaan dan syair-syair indah dia rapalkan dalam hati


Yogyakarta, 29-30 Desember 2014


SENYUMMU

Senyum yang terukir di bibirmu
Membuka celah mata air
Mengalirkan kesejukan
Membinarkan mata yang memandang
Mencerahkan muka yang bersitatap
Senyum yang kau cipta dari tulus hati
Seperti harumnya bunga melati
Menebarkan rona ceria
Menyapa sampai ke relung jiwa
Senyummu seperti ombak yang bergelung
Menari-nari indah dan dirindui pantai
Deburnya melebur dalam detak nadi
Merobohkan sunyi-sepi
Dan mendekap jiwa dengan mesra

Jogja, 27 Desember 2014



*Penulis adalah mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sedang mencintai, menghayati, dan menerapkan puisi-puisi dalam kehidupannya. Aktivitasnya banyak digunakan untuk melayani banyak orang dalam memperoleh buku-buku.


0 komentar

Posting Komentar