“…Sublimasi pemikiran pembebasan dalam diri
Hassan Hanafi itu (membawa) kepada tataran baru dalam perjalanan pemikirannya.
Ia tidak lagi berbicara tentang ideologi tertentu, melainkan tentang paradigma
baru yang harus dimiliki Islam dalam konteks munculnya universalisme baru yang
sesuai dengan ajaran-ajaran Islam sendiri maupun kebutuhan hakiki kaum
muslimin.”
(Gus Dur)
Setelah melewati 400 tahun masa kehidupan di bawah kekuasaan Dinasti Utsmaniyah, bangsa Arab mulai bangkit dan melakukan pembaruan di bidang pemerintahan sejak permulaan abad ke-20, serta mengekspresikan eksistensi politiknya di tengah-tengah banyak negara di dunia, baik di Barat maupun di Timur. Kebangkitan bangsa Arab itu tentu tidak bisa dilepaskan dari sosok sang pembaharu, Gamal Abdel Nasser, dengan jargon terkenalnya “Pan-Arabia”.
Namun sayang, sang pelopor ternyata ditakdirkan untuk tidak dapat menikmati hasil dari perjuangannya. Ia meninggal dunia saat buah pemikiran dan perjuangannya mulai banyak orang. Setelah itu, bangsa Arab mengalami kebingungan akan model politik dan pemerintahan yang cocok dengan situasi dan kondisi Arab saat itu. Beragam model pemikiran dan aliran politik telah diterapkan, mulai progresivisme, Nasserisme, Nasionalisme Arab, bahkan liberalisme dan Marxisme. Corak pemikiran dan aliran manakah yang paling cocok, bangsa Arab masih terus-menerus melakukan pencarian hingga saat ini.
Sebagai bagian dari bangsa Arab dari kalangan intelektual, Hassan Hanafi (Mesir) dan Muhammad Abel al-Jabiri (Maroko) turut serta dalam pencarian corak pemikiran tersebut. Dan, dialog menjadi salah satu media pencarian paling tepat yang mereka pilih. Buku ini merupakan rangkuman dari dialog tertulis di antara keduanya, yang kemudian mendapatkan tanggapan, baik pro atau kontra, dari para pemikir Arab lainnya.
(Gus Dur)
Setelah melewati 400 tahun masa kehidupan di bawah kekuasaan Dinasti Utsmaniyah, bangsa Arab mulai bangkit dan melakukan pembaruan di bidang pemerintahan sejak permulaan abad ke-20, serta mengekspresikan eksistensi politiknya di tengah-tengah banyak negara di dunia, baik di Barat maupun di Timur. Kebangkitan bangsa Arab itu tentu tidak bisa dilepaskan dari sosok sang pembaharu, Gamal Abdel Nasser, dengan jargon terkenalnya “Pan-Arabia”.
Namun sayang, sang pelopor ternyata ditakdirkan untuk tidak dapat menikmati hasil dari perjuangannya. Ia meninggal dunia saat buah pemikiran dan perjuangannya mulai banyak orang. Setelah itu, bangsa Arab mengalami kebingungan akan model politik dan pemerintahan yang cocok dengan situasi dan kondisi Arab saat itu. Beragam model pemikiran dan aliran politik telah diterapkan, mulai progresivisme, Nasserisme, Nasionalisme Arab, bahkan liberalisme dan Marxisme. Corak pemikiran dan aliran manakah yang paling cocok, bangsa Arab masih terus-menerus melakukan pencarian hingga saat ini.
Sebagai bagian dari bangsa Arab dari kalangan intelektual, Hassan Hanafi (Mesir) dan Muhammad Abel al-Jabiri (Maroko) turut serta dalam pencarian corak pemikiran tersebut. Dan, dialog menjadi salah satu media pencarian paling tepat yang mereka pilih. Buku ini merupakan rangkuman dari dialog tertulis di antara keduanya, yang kemudian mendapatkan tanggapan, baik pro atau kontra, dari para pemikir Arab lainnya.
Harga : Rp 55.000 (Diskon 15%) Rp. 46.750
Pesan SMS/WA 0856-0100-1190 ~ Lokasi Jogja ~ Bisa Kirim
0 komentar
Posting Komentar